Menulis cerita ini saya malah
merinding sendiri. Nulisnya tengah malam pula. Memang sebagian yang kita alami
di dunia ini tidak bisa diterima akal sehat. Namun biarlah semua menjadi
misteri, karena kita memang hidup berdampingan jadi kadangkala terjadi
interaksi dengan makhluk lain yang kita sendiri tidak menginginkanya.
Sekitar dua bulan lalu, saya dan
teman saya yang sangat gemar memancing berencana mencari ikan di sungai dekat
muara karena sedang musim ikan kakap dan banyak orang memancing disana.
Malamnya kami mencari ikan mencari umpan memancing di sekitar irigasi di
pinggiran desa tempat saya tinggal. Umpan yang kami cari berupa ikan-ikan kecil
seperti betik dan sepat, itu adalah jenis ikan yang biasa ditemukan di banyak
tempat seperti sungai, sawah bahkan selokan jika sedang musim. Ikan-ikan ini
sangat disukai kakap selain udang. Malam itu sekitar pukul 21.00. Kami
berdua membawa peralatan seperti jaring, senter, dan ember kecil sebagai wadah,
karena ikan yang ditangkap harus dalam kondisi hidup. Sudah hampir dia jam kami
menyusuri irigasi. Ikan-ikan yang kami dapatkan belum cukup. Karena lelah dan
sudah tengah malam, kami putuskan untuk kembali ke rumah.
Ada cerita seram di perjalanan
pulang. Ada sebuah rumah di pinggir desa, di depannya terdapat selokan besar
yang sudah tidak mengalir airnya. Biasanya saat siang hari banyak anak-anak
kecil memancing disitu. Seketika teman saya menyorotkan lampu senternya ke
selokan yang lumayan lebar itu. Tapi sayangnya dalam kondisi keruh sekali
sehingga ikannya tidak begitu kelihatan. “Gelebakkk…. Seekor ikan lele berwarna
putih tak sengaja kami lihat,. Jujur baru kali ini saya melihat ada lele
berwarna putih. Karena kurang meyakinkan, kami meninggalkan tempat ini. Namun
baru beberapa langkah saja ada suara benda jatuh “blukk…”. Kami pikir itu hanya
sebuah bluluk alias kelapa yang masih kecil jatuh ke semak-semak. Tapi suara
itu kembali terdengar untuk kedua kalinya. Ada apa ini, kami saling menatap satu sama lain. Jelas perasaan kami tidak
enak, mulai berpikir yang macam-macam. Saya pun mengkode teman saya untuk
sesegera mungkin meninggalkan tempat ini. Sekitar 20 meter kami berjalan, suara
benda itu terdengar lagi, bahkan seolah mengikuti kami berdua. Masih sama seperti ada
bluluk yang jatuh atau batu yang dilempar. Kami berhenti sambil menyorotkan
senter ke arah benda jatuh itu.
Tidak jauh dari situ ada belokan. Jalan yang
kami lewati berada di utara sebuah tempat mengiling padi. Bangunannya sangat
tua dan terkenal angkernya. Entah mahkluk apa yang menghuni disitu. Di pojok
tikungan ada beberapa pohon pisang. Dan kami benar-benar kaget, tiba-tiba pohon
pisang di jalan yang kami lewati mendadak bergerak. Bukan disebabkan angina,
namun seperti lembatang kerikir yang jatuh dari atas mengenai pohon pisang.
Sungguh bulu kuduk saya merinding melihatnya. Senter kembali saya sorotkan karna
rasa penasaran. Saat kami kembli berjalan kami berdua mendengar suara batu
besar menghantam tanah. Hi… benar-benar merinding. Entah sudah berapa kali kami
dilempari, hingga akhirnya kami berdua cuek dan tetap bejalan seperti biasa.
Tapi tak diangka-sangka, suara itu berubah menjadi tepukan tangan empat kali.
Kami kembali menyorotkan senter ke arah pohon pisang dan semak belukar. Teman
saya mengatakan, jika tepukan tangan berhenti, berarti itu adalah jin. Dan benar
tepukan itu berhenti. Mungkin itu ulah genderuwo. Tapi terlalu menyeramkan
untuk membayangkan mereka, entah seperti apa bentuknya, pasti mereka sedang
senang menggoda sambil tertawa.